Minggu, 02 November 2008

Usia Muda Tak Selalau Lebih Greng!

Gairah seks tidak dipengaruhi faktor usia. Yang penting justru kebugaran, kesehatan, dan riwayat pengalaman seksual seseorang.

Banyak orang mengaitkan faktor usia dengan gairah seks. Semakin muda umur seseorang berarti kehidupan seksnya pun masih berkobar-kobar. Seiring pertambahan usia, gairah seks pun akan surut. Artinya, makin tua makin loyo. Ternyata hal ini tidak terbukti! Pada kenyataannya, tandas dr. Nugroho Setiawan, Sp.And., tak jarang pasangan muda bermasalah dalam kehidupan seksualnya. Sebaliknya, banyak pasangan usia lanjut yang masih menikmati hubungan intim mereka. "Ada pria usia 70-an sementara wanitanya 60-an tetap bisa melakukan hubungan seks seperti umumnya pasangan muda, dengan frekuensi 2�3 kali seminggu. Bahkan menurut mereka, kenikmatan seks yang didapat jauh lebih besar ketimbang usia sebelumnya," cerita Nugroho.

Jadi, bisa dikatakan faktor usia tak banyak berpengaruh. Soal penurunan gairah seks malah dikaitkan Nugroho dengan 3 faktor, yaitu stamina/fisik, psikis/psikologis dan riwayat pengalaman seksual seseorang; memuaskan atau tidak. "Bila ketiga faktor tersebut terpenuhi maka hubungan seks tak akan bermasalah pada pasangan dengan usia berapa pun," jelas androlog dari Klinik Grasia, Jakarta ini.

1. FAKTOR STAMINA

Soal kondisi fisik seseorang, diakui Nugroho, akan menurun seiring bertambahnya usia. Toh, hal ini tak berarti akan membuat gairah seks jadi loyo. Asalkan tubuhnya bugar, Nugroho menjamin aktivitas seksual pun tidak akan terganggu. Sayangnya, kesadaran kita dalam menjaga kebugaran sangat rendah. "Mungkin hanya sekitar 10 persen orang yang mau berolahraga teratur untuk menjaga kebugarannya," ujarnya.

Fisik yang tak bugar, terlebih bila disertai penyakit tertentu, akan menurunkan fungsi organ tubuh. Termasuk fungsi kelenjar endokrin pada pria sebagai penghasil hormon testosteron. Secara organik, hormon seks pria ini berkaitan erat dengan libido (keinginan untuk melakukan hubungan seks). Jadi pada pria yang tak bugar, lanjut Nugroho, hormon testosteronnya yang aktif (bebas) makin sedikit. Mau tak mau, libidonya pun akan jadi lebih rendah.

Jadi, agar kehidupan seksual tetap harmonis, baik suami maupun istri harus memiliki kondisi prima sehingga fungsi seksual keduanya baik. "Kalau salah satu saja yang bugar, rumah tangganya juga bisa bermasalah. Misalnya, istri rajin fitness sementara suami sibuk bekerja. Atau suami yang rajin berolahraga namun istrinya hanya sibuk mengurus rumah maka bisa memungkinkan timbulnya PIL atau WIL."

2. FAKTOR KESEHATAN

Penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit yang berkaitan dengan kadar kolesterol, juga bisa mempengaruhi loyo tidaknya gairah seks, terutama bagi kaum pria. Adanya hipertensi atau tekanan darah tinggi, misalnya, akan membuat dinding pembuluh darah mengeras sehingga sulit melebar. Padahal, di dalam organ seksual pria berisi pembuluh darah.

Pada pria normal/sehat, jelas Nugroho, saat penisnya terisi darah maka pembuluh-pembuluhnya akan melebar sehingga terjadi ereksi. Sedangkan pada pengidap hipertensi, karena dinding pembuluh darahnya keras maka darah yang masuk tidak sanggup membuat penis menegang. "Hipertensi dapat terjadi di segala usia. Baik yang berusia 25 atau yang 40 tahun, misalnya. Dengan begitu, jika penyakit ini tidak terkontrol maka dapat menimbulkan masalah seksual di usia berapa pun."

Begitu juga diabetes. Gula darah yang tak terkendali dalam waktu lama bisa mempengaruhi pembuluh darah seluruh tubuh sehingga akan mengganggu fungsi kelenjar endokrin. Padahal, seperti kita tahu ereksi sangat tergantung pada pembuluh darah di penis, yang harus bisa melebar dan menyempit dengan baik.

Penyakit yang berkaitan dengan kadar kolesterol ujung-ujungnya juga dapat mengganggu ereksi. Penimbunan lemak yang terjadi pada pengidapnya akan mengakibatkan arteriosclerosis (pengerasan dan penyempitan pembuluh darah). Akibatnya pembuluh darah tak bisa melebar dengan baik sehingga penis pun tak dapat membesar seperti yang diharapkan.

Meskipun begitu, tegas Nugroho, selama penyakit-penyakit tersebut dapat terkontrol baik maka tidak akan berpengaruh pada aktivitas seksual penderita. Hanya saja, waspadai obat-obatan yang dikonsumsi. "Ada beberapa obat termasuk obat antihipertensi dan antikolesterol yang bisa menyebabkan impotensi."

3. FAKTOR PSIKIS

Tak kalah penting pengaruhnya dalam aktivitas seksual adalah faktor psikis/psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor ini tentu saja komunikasi antarpasangan. Pada prinsipnya, hubungan seks di usia muda ataupun tua tak akan bermasalah bila ada komunikasi yang baik. Masalahnya, di Indonesia ada kecenderungan pasangan suami-istri kurang terbuka soal hubungan intim. Nugroho mencontohkan istri yang diam saja saat tak pernah mencapai orgasme karena ejakulasi sang suami terlalu cepat. "Padahal hal ini dapat mengganggu hubungan intim berikutnya. Kalau saja istri mau bicara, umpamanya, dia ingin disentuh di bagian mana, dia mungkin akan mendapatkan kepuasaan seks seperti yang diharapkan."

Minimnya informasi cara berhubungan intim yang benar juga membuat banyak pasangan melakukan hubungan seksual hanya berdasarkan naluri dan coba-coba. Atau kalaupun mendapat informasi dari buku atau film, pengetahuan yang didapat bukan yang benar. Alhasil, hubungan seksual pun tidak menjadi seperti yang diharapkan alias mengecewakan.

Tentu saja bila pasangan memiliki riwayat seksual yang buruk, misal istri yang tidak pernah mengalami orgasme, maka bisa terjadi penolakan-penolakan yang tidak jelas pada hubungan seks berikutnya. Atau suami yang ejakulasi dini akan mengganggu perasaannya sendiri dan bisa menyebabkan impotensi. "Ini bisa dialami oleh pasangan usia berapa pun. Karena itu bila ada riwayat seksual yang buruk segera cari pertolongan ahlinya."

4. FREKUENSI HUBUNGAN

Faktor usia pun ditampik Nugroho sebagai biang keladi turunnya intensitas aktivitas seksual pasangan. Seperti yang sudah diceritakan di atas, pria dan wanita lanjut usia pun masih dapat menikmati hubungan intim mereka sebanyak 2-3 kali seminggu. Terlebih lagi tak ada patokan pasti soal keharusan frekuensi hubungan intim. "Ada pasangan yang bisa sehari 3 kali berhubungan seks. Ada juga yang sehari dua kali atau cukup sekali saja."

Berapa pun frekuensinya, selama tidak ada yang keberatan, maka boleh-boleh saja. Jadi, sewajarnya semakin bertambah usia, pengalaman seks yang didapat semakin bagus.

Tidak ada komentar: